Nama : Fandy Gatra
Nim : F1D210099
Matkul : Psikokes
Pendidikan
Masyarakat
Pendahuluan
Setiap individu dalam masyarakat
merupakan potensi yang harus dikembangkan untuk mendukung dan melancarkan
kegiatan pembangunan dalam masyarakat tersebut. Manusia sebagai individu,
sebagaimana kodratnya memiliki sifat baik maupun buruk. Sifat-sifat yang kurang
baik inilah perlu dibina dan dirubah sehingga melahirkan sifat-sifat yang baik
lalu dibina dan dikembangkan. Proses perubahan dan pembinaan tersebut disebut
dengan pendidikan.
Melalui pendidikan, manusia
diharapkan menjadi individu yang mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk
secara mandiri meningkatkan taraf hiudupnya baik lahir maupun bathin serta
meningkatkan peranannya sebagai individu/pribadi, warga masyarakat, warga
Negara dan sebagai khalifah-Nya.
Berbicara mengenai pendidikan tidak
terlepas dari sudut pandang serta pendekatan yang digunakan. Untuk melihat
pendidikan secara utuh maka diperlukan suatu pendekatan system, sehingga
pendidikan dilihat secara menyeluruh dan tidak lagi parsial atau pragmatis.
Menurut Pannen (2001 : 1) pendidikan
digambarkan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari subsistem-subsistem dan
membentuk satu sistem yang utuh. Sistem pendidikan ini memperoleh input dari
masyarakat dan lingkungan serta akan memberikan output bagi masyarakat dan
lingkungan tersebut.
Sedangkan menurut UU SPN No. 20
Tahun 2003, Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Fungsi
Pendidikan
1. Pendidikan
sebagai penegak nilai
Pendidikan
mempunyai peran yang amat penting dalam kaitan dengan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat. Pendidikan merupakan penegak nilai dalam masyarakat. Hal
tersebut berarti bahwa pendidikan memelihara serta menjaga tetap lestarinya
nilai-nilai tersebut dalam masyarrakat. Untuk memelihara dan menjaga nilai-nilai
ini dengan sendirinya dunia pendidikan harus selektif sehingga tidak
menimbulkan gejolak dalam masyarakat. Masyarakat dapa melaksanakan kehidupannya
secara tenang sesuai dengan keyakinan masing-masing. Dengan demikian
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tetap menjadi landasan bagi setiap
anggota masyarakat.
2. Pendidikan
sebagai sarana pengembang masyarakat
Pendidikan
dalam suatu masyarakat akan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
masyarakat yang bersangkutan. Kiprah pendidikan tersebut sangat tergantung pada
seberapa aktif dan kreatif para pendidik dalam masyarakat tersebut. Dalam hal
ini biasanya para tokoh masyarakat, para guru dan para pendidik lain merupakan
motor penggerak serta kemajuan masyarakat yang bersangkutan.
3. Pendidikan
sebagai Upaya pengembangan potensi manusia
Melalui
pendidikan, diharapkan dalam potensi dalam diri individu akan lebih berkembang.
Sehingga dengan hal ini perkembangan dalam masyarakat akan terus mengarah yang
lebih baik dan tercipta generasi-generasi penerus yang lebih handal.
Pengembangan kemampuan anggota masyarakat dalam menyiapkan generasi penerus
merupakan tugas dan fungsi pendidikan yang paling menonjol.
Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat
Pembahasan
mengenai hubungan satuan pendidikan dengan masyarakat yang biasa dikenal dengan
istilah humas pendidikan pada dasarnya juga membahas mengenai pemberdayaan
terhadap masyarakat itu sendiri lewat peran serta, keterlibatan dan
partisipasinya terhadap pendidikan secara menyeluruh, baik itu mengenai pengertiannya
secara konfrehensif, pengembangan, kebutuhan dan kepuasannya terhadap sesuatu
yang berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible), atau juga
deferensiasi daerah di mana mereka tinggal dan sebagainya.
Pembahasan tersebut sebagaimana yang telah diungkapkan Bapak Malik
Fadjar berkaitan dengan tujuan utama reformasi dan pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM) berbasis masyarakat yaitu, pertama membantu beban tugas
pemerintah dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pendidikan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan; kedua menstimulasi perubahan
sikap dan persepsi terhadap rasa kepemilikan sekolah, tanggung jawab,
kemitraan, toleransi dan kesediaan menerima perbedaan sosial dan budaya; ketiga
mendukung inisiatif pemerintah dalam meningkatkan dukungan orang tua dan
masyarakat terhadap sekolah melalui kebijakan desentralisasi; serta yang
keempat adalah mendukung peranan masyarakat guna mengembangkan inovasi
kelembagaan untuk melengkapi, meningkatkan mutu dan relevansi, pembukaan
kesempatan yang lebih, peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dasar,
menengah dan tinggi.
Jenis-jenis
kegiatan Pendidikan hampir sama dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat,
misalnya seperti berikut ini :
1.
Sosialisasi Pemberian ASI pada bayi
2.
Program imunisasi rutin untuk semua balita
3.
Senam Bersama
4.
Kegiatan belajar bagi masyarakat buta huruf
5.
Program Jumat bersih
6.
Siskamling
Pentingnya Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses, dimana proses tersebut
dapat berlangsung dimana dan kapan saja, tidak hanya dalam lingkungan yang
formal seperti di sekolah atau kampus karena pendidikan tidak hanya sekolah
atau kuliah. Perkembangan seseorang mulai dari kecil, remaja sampai dewasa, di
sekolah, di masyarakat dan di rumah merupakan proses pendidikan yang
menyeluruh.
Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar
Dewantara menegaskan bahwa pendidikan memiliki hakikat memanusiakan manusia
dengan mewujudkan pribadi yang merdeka. Pendidikan dilatari tiga
lingkungan pendidikan utama yang saling berkaitan yang disebut Tripusat
Pendidikan yang terdiri atas lingkungan pendidikan yang diselenggarakan oleh:
1. Pemerintah, dalam bentuk
persekolahan atau pendidikan formal;
2. Masyarakat, dalam bentuk kelompok
belajar, komunitas belajar, atau pendidikan nonformal dalam hal ini Satuan
Pendidikan Nonformal disebut Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM);
3. Keluarga dan lingkungan terdekat,
ada yang menyelenggarakan komunitas belajar dan biasanya bekaitan dengan
keagamaan, spiritual, seni, olahraga, dan keterampilan lokal. Pembelajaran
dalam lingkup keluarga dan ketetanggaan atau lingkungan terdekat ini disebut
dengan pendidikan informal.
Ketiga
lingkungan belajar tersebut berperan penting dalam membangun kerangka fisik,
mental, dan spiritual seseorang sehingga membentuk kepribadian dan karakter
yang mandiri. Sejalan dengan tripusat pendidikan, pembinaan pendidikan
masyarakat berperan dalam suatu proses di mana upaya pendidikan yang
diprakarsai pemerintah diwujudkan secara terpadu dengan upaya
penduduk setempat untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang
lebih bermanfaat dan memberdayakan masyarakat secara nonformal dan informal.
Permasalahan
Pendidikan
Tidak meratanya pendidikan juga mengakibatkan kualitas
masyarakat tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Padahal pendidikan
merupakan faktor utama dalam membangun karakter bangsa dan faktor untuk
menggerakkan perekonomian suatu bangsa.
Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih
tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut
Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO
setiap tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara,
Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69. Indonesia
kalah dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34).
Selain itu, akses pendidikan di Indonesia masih perlu
mendapat perhatian, lebih dari 1,5 juta anak tiap tahun tidak dapat melanjutkan
sekolah. Sementara dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih
dari 54 persen guru memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan dan
13,19 persen bangunan sekolah dalam kondisi perlu diperbaiki.
"Peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya dibutuhkan
di kota-kota besar, tetapi juga di kota kecil dan tidak hanya di Jawa tetapi
diluar Jawa. Apabila perbaikan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan
dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, maka tidak hanya kuantitas yang besar
melainkan kualitas kesejahteraan masyarakat pun lebih baik sehingga mendukung
pembangunan ekonomi di Indonesia yang lebih baik," ujar Shafiq Pontoh,
Head of Brand & Business Development SalingSilang dan Praktisi Social Media
Campaign.
Tak hanya itu, karena
pengambil kebijakan tidak sensitif untuk segera merespon mahalnya biaya
pendidikan banyak sekolah-sekolah yang diswastanisasi karena malasnya
pemerintah mengambil peran. Hal ini dibuktikan dengan anggaran pertahanan yang
lebih besar daripada anggaran pendidikan. Seakan kembali ke jaman rimba yang
kuat yang menang. Yang bermodal yang pinter. Selain dipicu oleh kurang
responsifnya pengambil kebijakan juga dipengaruhi oleh sistem ekonomi global
yang telah mendominasi yaitu Kapitalisme.
Kapitalisme dengan konsep
ekonomi liberalnya ingin menyebarkan sistemnya dengan instrumen pentingnya
yaitu perdagangan bebas yang harus diterapkan oleh semua negara tak terkecuali
negara berkembang, yang dikomandai oleh rezim WTO. Sistem ini telah memaksa sebuah
negara untuk mencabut subsidinya yang memiliki tujuan perlindungan dan membuka
pasar sebebas-bebasnya termasuk sektor publik yang seharusnya dikuasai
pemerintah melalui privatisasi yang dijalankannya.
Setelah itu pemerintah
dijadikan sebagai robot yang sepenuhnya menjamin berjalannya sistem ekonomi
pasar. Dan selanjutnya didoronglah proses wirausaha dengan menjamin karya
inovatif memiliki perlindungan hukum yang kuat yang sekarang dikenal dengan
istilah hak cipta atau hak atas kekayaan intelektual. Karya tersebut akhirnya
memiliki nilai jual yang tinggi yang tak mampu lagi dibeli orang yang tak punya
nyali karena kehabisan nasi. Rezim neoliberalisme telah menempatkan pengetahuan
sebagai modal, dengan kekuatan globalnya yang membuat institusi pendidikan tak
lagi mudah mengakses karya intelektual karena harus membeli hak cipta terlebih
dahulu yang tentunya mahal.
Karena dasar dari proses
pendidikan berbiaya mahal maka sekeluarnya nanti dari sekolah juga harus mampu
mengembalikan modal yang telah digunakan untuk biaya sekolah. Akhirnya sekolah
dinilai berdasarkan ekonomi, berdasarkan untung rugi. Hanya yang memiliki modal
yang bisa mengecap sekolah dan yang tak memiliki modal hanya mampu menatapnya.
Lagi-lagi orang miskin tersiksa di negeri sendiri, hanya menjadi korban
mahalnya biaya pendidikan.
Selain itu sekolah juga
dimanfaatkan sebagai sasaran para pengusaha, selain mengintervensi sekolah
untuk memasukkan kurikulum yang cocok dan tepat bagi kepentingan dunia usaha
juga ada yang secara khusus memanfaatkan untuk menjadi pemasok bagi kebutuhan
sekolah mulai dari buku, seragam hingga peralatan lainnya. Sekolah sudah
menjadi ladang bisnis yang menggiurkan.
Maka, tak salah jika sekolah
yang sudah terasah dibawah kuasa modal ini hanya menghasilkan lulusan-lulusan
yang hanya bisa melalukan kekerasan dengan teman-temannya ataupun lingkungannya
dan memunculkan banyak pengangguran bahkan sekolah mampu meluluskan penjahat
dan juga koruptor.
Kebodohan bukan berasal dari
pendidikan.Adakalanya kebodohan itu disebabkan lemahnya ekonomi yang
mengharuskan untuk tidak bersekolah.Karena pendidikan sudah tidak manusiawi
dalam pandangan orang-orang tidak mampu(miskin).Pendidikan sudah menjadi
semacam kapitalisasi sehinagga hanya orang -orang kaya saja yang bisa
merasakannya.
Dapat dikatakan bahwa orang
miskin belum tentu bodoh.Pernyataan itu merupakan bentuk perlawanan terhadap
opini yang cenderung berkembang dalam bentuk public.Karenaada factor kemiskinan
itulah, kehidupan mereka menjadi berubah seolah-olah dia dianggap orang yang
tidak yahu apa-apa.
Bisa dikatakan bahwa factor
kebodohan disebabkan mahalnya biaya pendidikan.pendidikan yang ada selama ini
belum bisa menuntaskan kebodohan pada masyarakat.Kebijakan pendidikan dianggap
semaki memperjelas jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin.Dan semakin
memperjelas pula antara yang pintar dan yang bodoh.Demikian inilah sesungguhnya
gambaran yang terjadi pada pendidikan negeri ini.
Namun demikian, kesadaran
pemerintah untuk bisa mengaplikasikan pendidikan untuk seluruh warga masyarakat
tanpa pandang bulu belum bisa dilaksanakan. Padahal pendidikan merupakan
sesuatu yang bisa mengangkat harkat dan martabat seseorang dari keter purukan.
Seandainya hal itu dilakukan dengan penuh arif dan tanggung jawab oleh Negara,
kemungkinan orang-orang miskin dapat mendapat angin cerah.
Yang terjadi dalam opini umum
bahwa untuk menjadi orang pintar memang harganya mahal. Begitu juga dengan
pendidikan. Petanyaanya adalah, bagaimana untuk bisa memintarkan orang-orang
miskin apabila dituntut untuk menjadi orang pintar?
Setidaknya ada semacam
gambaran realitas pada masyarakat tentang kehidupan sehari-hari bahwa untuk
sekedar mencari makan saja susah, apalagi untuk biaya yang lainnya. Tentunya
gambaran ini sudah bukan tabu lagi. Para orang tua yang tak mampu memasukkan
anak-anak disekolah memaksakan mereka untuk bekerja mencari uang. Setiap hari
pekerjaan anak-anak itu berkutat dengan kerja-kerja keras demi sesuap nasi. Dan
pastinya tidak mungkin sanggup lagi memikirkan hal lain, khususnya pendidikan.
Kemiskinan dan pendidikan,
kedua hal itu apabila tidak saling seimbang maka dapat memunculkan pihak ketiga
yaitu kebodohan. Agar tidak terjadi problematika yang panjang, maka solusi
mengatasi masalah itu bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup warga Negara
tidak pas jika diterapkan pendidikan mahal. Mayoritas warga Indonesia adalah
berada dibawah kelas menengah kebawah. Dan tentunya yang terjadi dibawah itu
adalah orang-tidak mampu untuk biaya pendidkan. Jika mereka terus dibiarkan
dalam kondisi seperti itu justru sangat membahayakan dikarenakan akan
melestarikan kebodohan dan kemiskinan.
Pendidikan
di indonesia
Menurut
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud), jumlah penduduk tuna aksara dewasa usia 15-59 tahun berjumlah
7.547.344 orang atau 5,02% dengan disparitas gender yang makin membaik. Walau
terjadi penurunan disparitas gender, penduduk tuna aksara perempuan tetap lebih
besar dari laki-laki.
Pada
tingkat provinsi, terdapat 9 provinsi dengan jumlah penduduk tuna aksara di
atas 200.000 orang. Provinsi tersebut antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
Barat, Papua, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Banten, dan Kalimantan Barat. Pada tingkat Kota/Kabupaten terdapat 34 Kabupaten
dengan jumlah penduduk tuna aksara di atas 50.000 orang. Bahkan terdapat dua
Kabupaten dengan jumlah tuna aksara di atas 150 ribu orang, yaitu Jember
(204.069) dan Sumenep (169.747).
Mencari sekolah murah apalagi
berkualitas di negeri ini cukup susah. Dari sejak TK, SD, SMP, SMP hingga
perguruan tinggi semua dikenakan biaya dengan beban yang cukup besar, mulai
dari iuran sekolah, seragam, buku-buku, dan iuran lainnya. Hal ini menyebabkan
hanya yang kaya saja yang memiliki kesempatan untuk pintar dalam mengenyam
pendidikan.
Menempuh pendidikan adalah hak
semua masyarakat, tanpa terkecuali . Namun, kenyataanya orang miskin seakan
mengalami proses diskriminasi pendidikan dinegerinya sendiri, khususnya untuk
bersekolah di sekolah pemerintah, sekolah negeri. Bahkan, program-program
pembelajaran yang sebenarnyasudah mendapatkan bantuan pemerintah, ternyat masih
menuntut masyarakat untuk memberikan dana sharing. Alhasil,masyarakat miskin
pun tidak dapat menikmati pendidikan dengan maksimal.
Hal tersebut tentu sangat
berpengaruh pada peningkatan kualitas diri dan keluarganya. Bagaimana mungkin
masyarakat miskin ini akan terentas dari kemiskinannya jika pikiran mereka
masih disibukkan dengan biaya pendidikan dengan biaya pendidikan yang
sedemikian tinggi? Tidak dapat di pungkiri, mereka adalah tanggung jawab kita
bersama . Mereka adalah asset bangsa ini. Jika kualitas mereka baik, tentu saja
kualitas bangsa inipun akan membaik.
Untuk
memenuhi bagian yang belum sepenuhnya tersentuh pendidikan formal, pendidikan masyarakat
diharapkan mampu berperan untuk mendorong tumbuhnya masyarakat belajar
sepanjang hayat melalui program pendidikan keaksaraan, peningkatan budaya baca,
pengarusutamaan gender bidang pendidikan, pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kepemudaan,
pendidikan keorangtuaan, dan penataan kelembagaan pendidikan masyarakat.
Melalui berbagai inisiatif beragam program ini diharapkan terdapat investasi
pendidikan nasional bagi pemenuhan hak warga negara terhadap akses pendidikan
bermutu yang benar-benar dapat dirasakan dan dilihat hasilnya oleh seluruh
masyarakat.
Usaha untuk meningkatkan mutu pelayananan pendidikan
1.
Taman
Bacaan Masyarakat (TBM)
Pendidikan
masyarakat juga berupaya mencegah kekambuhan ketunaaksaraan penduduk dewasa dan
meningkatkan budaya baca dengan ‘membacakan masyarakat dan memasyarakatkan
membaca’ melalui sinergi program pendidikan keaksaraan dengan perluasaan akses
terhadap bahan bacaan. Layanan ketersedian bahan bacaan ini diwujudkan dengan perluasan
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) pada tingkat kecamatan dan diperluas di ruang
publik seperti pasar, mall, terminal, rumah ibadah, rumah sakit, panti sosial,
dan ruang publik lainnya. Hingga saat ini terdaftar 6.350 TBM, temasuk TBM
ruang publik dan Mobile.
2.
Rumah
Pintar
Di samping
PKBM dan TBM, terdapat juga Rumah pintar sebagai salah satu Satuan Pendidikan
Nonformal Sejenis (SPNF-S) yang didisain dengan strategi pembelajaran bermakna
dan menyenangkan bagi para warga belajar, terutama anak-anak berusia 4-15
tahun. Selain daripada itu, terdapat juga program-program kecakapan hidup untuk
para ibu dan pemuda, kemampuan keorangtuaan (parenting) bagi para ibu muda
dengan anak-anak usia dini, dan ketahanan pangan keluarga melalui pengadaan
kemampuan kewirausahaan. Oleh karena itu, semua orang pada semua tingkat
kelompok usia berpartisipasi dalam proses pembelajaran sepanjang hayat untuk
memberdayakan masyarakat mereka sendiri. Program-program ini dibagi ke dalam 5
sentra, yaitu (i) Setra Buku; (ii) Sentra Komputer; (iii) Sentra Audio Visual;
(iv) Sentra Permainan; dan (v) Sentra Kriya. Saat ini terdapat 261 Rumah
pintar, 145 Mobil Pintar, 402 Motor Pintar, dan 3 Kapal Pintar yang beroperasi
di Indonesia, termasuk 2 Mobil Pintar yang beroperasi di Lebanon.
3.
Revitalisasi
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Sebagai perbandingan perlu dicatat
bahwa setelah jatuhnya bom di Hiroshima dan Nagasaki dan berakhirnya Perang
Dunia ke II, pemerintah Jepang menganggap rekonstruksi pendidikan melalui
sekolah atau pendidikan anak-anak tidaklah cukup untuk mengembalikan kejayaan
Jepang. Kemudian diputuskan untuk membangun sebuah sistem pendidikan orang
dewasa (pendidikan masyarakat) melalui Kominkan (Citizen’s Public Hall) untuk
mengakomodasikan, menyatukan, dan melayani seluruh kebutuhan pendidikan bagi
masyarakatnya, terutama layanan keterampilan bagi orang dewasa. Saat ini
terdapat 17.143 Kominkan, melebihi perpustakaan umum (2.979) dan Sekolah
Menengah Pertama (10.915). Kominkan dianggap berperan secara berhasil dalam memberdayakan
masyarakat dan berkontribusi sangat signifikan dalam rekonstruksi pendidikan
Jepang pada masa restorasi hingga saat ini.
4.
Gerakan Indonesia Berkibar
Sebagai salah satu wujud dari kepedulian terhadap kualitas
pendidikan di Indonesia, Putera Sampoerna Foundation mengajak seluruh lapisan
masyarakat untuk bergabung dalam Gerakan Indonesia Berkibar. Gerakan ini
merupakan sebuah gerakan nasional yang mengajak peran serta korporasi baik
swasta maupun BUMN, media, dan komunitas untuk berpartisipasi dan berkontribusi
dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia, dimulai di daerah dimana institusi
tersebut beroperasi sehingga kualitas pendidikan yang baik dapat merata di
seluruh negeri.
Gerakan Indonesia Berkibar adalah wadah kerjasama yang
mengusung kerjasama pemerintah-swasta atau lebih dikenal dengan Public
Private Partnership yaitu bentuk kerjasama antara pihak pemerintah dengan
pihak swasta untuk bersama-sama memperbaiki pendidikanserta untuk mewujudkan
sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan memilki daya saing tinggi
dan mampu menjawab tantangan global.
Melalui kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat
dalam Gerakan Indonesia Berkibar, maka kapasitas dan sumber daya untuk
memperbaiki pendidikan di Indonesia, khususnya di daerah, dapat dicapai.
Mekanisme kerjasama dibangun dalam bentuk program pelatihan dan pendampingan
untuk sekolah-sekolah yang didukung tenaga ahli, serta pendekatan berdasarkan
hasil penelitian.
Hingga saat ini sudah tujuh provinsi dimana 23 mitra
beroperasi yang sudah menyatakan keikutsertaan dalam Gerakan Indonesia
Berkibar, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Tengah dan Papua. Putera Sampoerna Foundation optimis bahwa
dengan dukungan positif dari berbagai pihak dalam Gerakan Indonesia Berkibar,
semakin besar kesempatan masyarakat Indonesia dapat mendapatkan pendidikan
berkualitas guna menghadapi tantangan global.
Penutup
Pendidikan
merupakan salah satu kunci seseorang untuk meraih kesuksesan atau menentukan
masa depan. Dengan pendidikan yang baik suatu Negara dapat mengurangi
kemiskinan.Bangsa Indonesia sebagi salah satu Negara berkembang belum bisa maju
selama belum bisa memperbaiki kualitas sumber daya manusianya.kualitas hidup
bangsa bisa meningkat jika di tunjang dengan sistam pendidikan yang mapan.
Dengan system pendidikan yang mapan memungkinkan kita berpikir kritis,kreatif
dan produktif.
Sekali
lagi kita harus mengakui bahwa orang miskin bukanlah orang bodoh. Mereka adalah
kelompok orang dengan realitas tinggi pada pol apemikirannya. Mereka melangkah
dengan pola kesadaran hidup yang snagat tinggi dan secara intensif melakukan
perombakan atas diri dan kehidupannya agar menjadi lebih baik.satu kunci yang
snagat mereka butuhkan, berilah kesempatan yang sama dan merata. Jika mereka
mempunyai kesempatan yuang sama dan merata dengan orang lain, maka yakinlah
bahwa mereka dapat memposisikan diri sebagaimana yang lainnya.Orang Miskin
Bukanlah Orang Bodoh!
Untuk
itu pemerintah harus bijak dan arif dalam menentukan kebijakan pendidikan.
Pemerintah boleh memberlakukan biaya semahal mungkin demi suatu kualitas. Tapi
jangan lupa sebagian masyarakat Indonesia adalah orang miskin. Pastinya yang
paling diutamakan untuk mencapai tujuan itu adalah meningkatkan kemajuan ekonomi
rakyat miskin. Apabila ekonomi mereka sudah bangkit, mereka bisa berpartisipasi
dalam merasakan pendidikan sebagaimana lazimnya. Selain itu semakin menyempit
jurang pemisah antara yang bodoh dan yang pintar.
Referensi
Eko prasetyo.2010. Orang miskin di Larang
Sekolah. Resist Book.
Saroni, Muhammad.2011. Orang Miskin Bukan Orang
Bodoh. Yogyakarta: Bahtera Buku
Laporan Bank Dunia: Education in
Indonesia. (1998, September). From Crisis to Recovery.
Lembaga Pengembangan Manajemen
Pendidikan. (1996). Model dan pedoman Peningkatan Partisipasi Masyarakat Untuk
Pembangunan Pendidkan. Jakarta: LPPM
Makalah Konperensi Pendidikan Indonesia
Mengatasi Krisis Menuju Pembaruan. (1999, February). Jalan Menuju Pembaruan
Pendidikan: Sebuah Pendekatan Berdasarkan Kebutuhan Masyarakat, Jakarta
Media MNPK NO. 6 TH. XX. (April 2000-Mei
2000). Manajemen Berbasiskan Sekolah di tingkat Pendidikan Dasar; oleh Jiyono.
Regional Educational Development and Improvement
Project (Redip). (1999, November): Interim Report 1. Jakarta.
Reports to Unesco of the Internatinal
Commission on Education for the Twenyfirst Century (1996). Learning The reasure
Within.
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/artikel-pendidikan-masyarakat
http://edukasi.kompas.com/read/2012/09/13/16333195/Pendidikan.Tak.Merata.Kualitas.Masyarakat.Tertinggal